TOKO BUKU PHAROS MEDIA SEBAGAI AKSES MUDAH MENDAPATKAN BUKU BUKU DENGAN HARGA TERJANGKAU.
Kedatangan orang asing memang tidak selamanya menyemarakkan nuansa prikehidupan dan bernegara di Indonesia. Sudah letih bangsa ini selalu menjadi ladang perbudakan dan penjajahan. Memang Belanda dan Jepang sudah pergi dari pertiwi, dan kapal-kapal perang besar sudah tidak berada lagi di peraiaran Indonesia, namun hasil alam kita masih saja jatuh ke tangan orang asing dengan dalih investasi. Buku ini mengupas kekayaan alam Indonesia yang tidak dimiliki lagi untuk bangsanya. Dari mulai Papua, Blok Cepu, hingga Gas Alama Arun, termasuk banyak lagi. Sekelompok konsorsium asing manakah yang mendapat “kue empuk” itu? Temukan jawabannya dalam buku ini—Buku yang patut diwariskan kepada anak-anak muda dan generasi mendatang yang benar-benar nasionalis.
“Buku ini menyajikan fakta yang mencengangkan. Kekayaan dan potensi negara yang berlimpah dan selalu kita banggakan ternyata lebih banyak dinikmati bangsa asing.” —SINDO “Lewat riset dan kompilasi datanya yang mumpuni, buku ini membuka wajah asli perekonomian Indonesia sekaligus menunjukkan kebijakan ekonomi yang mesti diawasi agar tak jadi miskin di negeri sendiri.” —Oktamandjaya Wiguna, Wartawan Koran Tempo “Malu kita sebagai bangsa yang bermartabat selalu di bawah cengkeraman asing. Bukan bangsa Indonesia jika tidak bisa melawan kolonialisme gaya baru berkedok pembangunan ekonomi. Untuk masa depan yang lebih baik, bangsa ini butuh pemimpin yang mampu menegakkan kemandirian.” —Tri Soekarno Agung, mantan Pemimpin Redaksi Rakyat Merdeka Online
Freeport Papua Blok Cepu Gas Alam Arun C’mon, Mister, Please…, Keruklah Hasil Bumi Indonesia Kategori: Isu Baru ISBN: 978-602-9346-30-5 Ukuran: 13 x 17 cm Halaman: 378 halaman Terbit: segera Harga: Rp. 34.900,- |
_________________________SINOPSIS_________________________
Kedatangan orang asing memang tidak selamanya menyemarakkan nuansa prikehidupan dan bernegara di Indonesia. Sudah letih bangsa ini selalu menjadi ladang perbudakan dan penjajahan. Memang Belanda dan Jepang sudah pergi dari pertiwi, dan kapal-kapal perang besar sudah tidak berada lagi di peraiaran Indonesia, namun hasil alam kita masih saja jatuh ke tangan orang asing dengan dalih investasi. Buku ini mengupas kekayaan alam Indonesia yang tidak dimiliki lagi untuk bangsanya. Dari mulai Papua, Blok Cepu, hingga Gas Alama Arun, termasuk banyak lagi. Sekelompok konsorsium asing manakah yang mendapat “kue empuk” itu? Temukan jawabannya dalam buku ini—Buku yang patut diwariskan kepada anak-anak muda dan generasi mendatang yang benar-benar nasionalis.
_________________________REVIEW_________________________
“Buku ini menyajikan fakta yang mencengangkan. Kekayaan dan potensi negara yang berlimpah dan selalu kita banggakan ternyata lebih banyak dinikmati bangsa asing.” —SINDO “Lewat riset dan kompilasi datanya yang mumpuni, buku ini membuka wajah asli perekonomian Indonesia sekaligus menunjukkan kebijakan ekonomi yang mesti diawasi agar tak jadi miskin di negeri sendiri.” —Oktamandjaya Wiguna, Wartawan Koran Tempo “Malu kita sebagai bangsa yang bermartabat selalu di bawah cengkeraman asing. Bukan bangsa Indonesia jika tidak bisa melawan kolonialisme gaya baru berkedok pembangunan ekonomi. Untuk masa depan yang lebih baik, bangsa ini butuh pemimpin yang mampu menegakkan kemandirian.” —Tri Soekarno Agung, mantan Pemimpin Redaksi Rakyat Merdeka Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar